Playboy Setia

Orang kedua yang beruntung tertulis di blog yang entah akan abadi atau tidak ini ialah salah satu dari dua orang yang kujanjikan akan dibahas di blog ini setelah yang beruntung dan “enak banget idupnya” … itulah namanya.
Sebelumnya mohon maaf bila tulisan di blog ini menyinggung seseorang, di postingan sebelumnya juga maafkan, karena tulisan ini tak bermaksud untuk menyinggung orang lain selain orang yang sedang dibahas hhe.

Langsung saja aku perkenalkan pada kalian seseorang dengan tingkat absurditas paling tinggi diantara aku dan dua yang lain, pemuda so’ tampan yang sekarang tahun 2017 ini menetap di Majalengka, lahir tanggal 15 September 1995 namanya adalah Jenal Dania Puteri… eh Putra! Jenal Dania Putera. Pake “J” bukan Zaenal atau Jaenal, tapi Jenal. J-E-N-A-L. JENAL.

Pemuda ini—cyaa!!! Pemuda—adalah pemuda yang memiliki daya Tarik tersendiri apalagi jika berhadapan dengan kaum hawa. Memiliki pesona yang luar biasa—mungkin, karena aku sendiri tak setuju dengan pernyataan itu (Aku bukan perempuan). Tanyakan saja pada “pacar-pacar”nya atau “mantan-mantan”nya apa yang istimewa darinya.
Aku sendiri jika boleh jujur mengakui salah satu kelebihannya, yaitu dia-lebih-absurd dari kami bertiga. Dia orang paling gak jelas di dunia SMA yang pernah ku kenal. Orang yang pandai merupa sebuah pernyataan yang logis menjadi nampak imajiner bahkan tak bisa dituliskan dengan kata-kata. Hanya pelukis yang sanggup menerjemahkan setiap rangkaian kata yang ia keluarkan jika sedang “jadi” absurdnya. Itupun pasti jadi lukisan abstrak yang bernilai seni tinggi hingga tak mungkin orang awam mampu mengerti seni estetikanya.

Kami bertiga adalah banyak dari sedikit orang terpilih yang mampu menerjemahkan setiap kosakata yang ia lontarkan.
~~

Sebenarnya, aku sendiri tak tahu sejak kapan mengenal orang ini, yang jelas kami hanya sekelas satu kali di kelas XII. Selain di kelas XII itu, aku melihat auranya membentuk pola-pola abstrak yang sulit aku mengerti. Seakan itu menjadi sebuah tembok penghalang yang menghalangiku untuk mengenalnya. Eh, bukan. Itu seakan menjadi sebuah peringatan yang membuatku ingin jauh-jauh darinya.
Namun, setelah masuk di kelas yang sama. Aku mulai mencoba menerjemahkan pola-pola abstrak itu menjadi suatu hal yang lebih bisa diterima, hingga akhirnya aku memasuki lingkaran pertemanannya.

Dia suka sekali bermain futsal, salah satu pemain yang diperhitungkan kemampuannya di bidang itu. Dia juga termasuk sebagai anggota OSIS dan Pramuka, pada masa kekaisaran orang yang sudah kubahas, dan dia adalah seorang playboy (menurut hasil survey tahun 2013-2014).
Bukti bahwa ia adalah seorang playboy ialah pada jumlah mantannya. Tanyakan saja padanya, apakah ia ingat berapa jumlah mantannya? Dan tanyakan dia apakah dia ingat nama setiap teman perempuannya itu? (orang ini sungguh berbahaya).

Aku pernah melihat ia berkenalan dengan seorang perempuan.
Lalu..

Selang beberapa hari, ia jadian dengan perempuan itu. -_-

Tak lama kemudian juga, ia putus lagi katanya. -_-


Krik krik krik


Ah sudahlah! Terlepas dari predikatnya sebagai playboy, tapi aku sebagai seorang sahabat—we lah—melihat dia itu sebenarnya orang yang setia, benar-benar setia. Jika ia menemukan seseorang yang cocok menurutnya dan orang itupun menilai Jenal sebagai orang yang cocok juga, ia pasti setia—Yaiyalah! (eh, tapi beneran inimah dia setia sama pasangan hha)

Beberapa hal lagi tentangnya.
Dia itu salah satu anggota Secondband, grup music atau entah apalah itu yang anggotannya Cuma berdua, dia dan satu lagi. Secondband ini adalah duo absurd atau mungkin absurd2 (absurd pangkat dua) yang banyak gak jelasnya daripada jelasnya—beruntung aku jadi orang yang sedikit mengerti seni, setidaknya seni yang berasal dari mereka. Sekarang mereka vakum…
cleaner.
-_-
(bahkan ketika menulis tentangnya aku tertular absurd)

Terakhir. Ini terakhir. Satu bahasan terakhir.
Semenjak lulus di 2014, aku belum bertemu lagi dengannya. Aku masih mempunyai kontaknya, terkadang kami masih saling bertegur sapa di media socsal. Namun, entah mengapa ketika ia diajak untuk kopdar-kopdar, sekedar untuk minum kopi atau makan surabi di pinggir jalan, ia selalu tak bisa. Selalu ada alasan, entah alasan yang dibuat-buat atau alasan yang benar-benar terjadi—karena dibuat agar bisa menjadi bahan alasan, ah entahlah.
Ia menjanjikan untuk bertemu di tahun 2019. Ia mempertanyakan, jadi apakah kita di tahun 2019? Saha nu apal atuh euy.
Akan kutagih janjinya itu kelak. Akan kucari dia sampai dapat. Lihat saja. Akan kutemui dia. Kutemui di tahun 2019. Kecuali, jika aku sedang di Jepang.
LIHAT SAJA!
Lihat profil orang ini di Facebook Jenal Dania Putera

Masa Ujian Praktek Kelas XII di SMA
Edit by: Next, gak tau masih ada atau nggak foto aslinya.
Tinggal satu nama lagi dari 3 orang di foto ini.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.