Kopi dan Skripsi
Fotonya alifewortheating.com |
Sekarang ceritanya tentang segelas kopi 70 mili yang akan
kunikmati malam ini.
Rasanya pahit.
Memang semenjak beberapa waktu kini aku terasa lebih bisa
menikmati kopi pahit tanpa gula dengan mesin bertekanan tinggi.
Padahal hanya 70 mili.
Masih bergulat dengan niat dihati.
Seperti biasa, bahkan aku
lebih sering sakit karena memikirkan sesuatu. Bahkan sebelum melakukannya.
Kini pun sama saja, mulai merasa terganggu kesehatan badan
gara-gara banyak dan masih berpikir kapan aku mulai mengerjakan skripsi?
Sampai sekarang aku belum memulainya. Padahal, sudah ada
teman seangkatan yang sidangnya pun sudah selesai.
Ahh, Aku hanya malas.
Karena merasa selalu mengalah dengan banyak keinginan orang
lain, aku menjadikan waktu sendiri sebagai pembenaran agar bisa memuaskan
hasrat dalam diri.
Film, action, anime, drama hingga komedi.
Dan game. First person shooting, openworld dan mobile battle
arena.
Aku lebih memilih itu semua.
Aku lebih memilih menggunakan otak untuk sesuatu yang
kuinginkan dan sampai saat ini tak menghasilkan daripada mulai mengerjakan apa
yang kuanggap beban.
Kuanggap rasa sakit.
Termasuk blog ini.
Semenjak kuberpikir tentang betapa malasnya diriku yang
belum juga memulainya. Aku malah memilih untuk mengisi halaman online ini.
Hingga akhirnya, aku bisa mengaitkan antara skripsi dan
kopi.
Baru saja terpikir ketika mengajak temanku pergi,
Ke kedai kopi.
Sebelum sempat mencicipi kopi di kedai dekat sini, aku hanya
penikmat kopi manis yang diseduh sendiri.
French Press adalah kopi pertama yang kupesan di kedai.
Pahit, apa nikmatnya? Apa ada lagi kopi yang lebih pekat dari ini?
Setelah beberapa kali, Espresso yang kupesan kali ini.
Lebih pekat, lebih pahit.
Setelahnya?
Sampai saat ini, bahkan aku menganggap French Press itu
terlalu encer, apa nikmatnya?
Apalagi kopi sachet dengan harga delapan sampai limabelas
kali dibawahnya, gula semua. Mending mulai mengurangi.
Dan,
Apa yang kusadari tentang persamaan skripsi dan kopi?
Espresso yang sudah mulai bisa kunikmati, dan skripsi yang
masih saja kuhindari.
Setelah mencoba, memulai dan mencari kenikmatan kopi pahit
70 mili, kini aku mulai bisa menikmati.
Rela berjalan berangkat bahkan membayar untuk mendapatkan
sensasi pahit itu.
Skripsi?
Bukankah sama?
Sama-sama pahit.
Sama-sama membuat ku tak nyaman.
Sama saja lebih sedikit dibandingkan tugas kuliah sebelumnya
yang menumpuk dari berbagai mata kuliah ini.
Aku hanya perlu mencari sensasi darinya
Aku hanya perlu memulai dan mencobanya.
Sama saja.
Jika aku bisa menikmatinya, tak ada lagi beban yang akan
kurasakan nampaknya.
Rela berangkat, mencari dan bahkan membayar untuknya.
Asalkan, skripsi ini bisa kuselesaikan meski dengan
pengaturan kesulitan tertinggi yang bahkan tak berani kumainkan dalam game sekarang ini.
Permainan strategi dan drama yang tak akan kalah tak terduga
dengan anime dan mobile gaming yang sedang kumainkan kini.
Udah ah.
~Udah mulai mau bikin
skripsi
Catatan: Ngopinya gak jadi, keburu hujan.
Kepaksa sachetan lagi aja. :')
Kopi dan Skripsi
Reviewed by Zyadikus
on
21.32
Rating: 5